PERAN PRAMUKA DALAM MENANAMKAN NILAI CINTA TANAH AIR DI MIS AL-ISTIQOMAH CIBINGBIN

Revi Nur Fitriani1, Arif Rohman Hakim2

Magister Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, Indonesia

[email protected], [email protected]

 

 

Abstract

Received:

04-01-2022

The era of globalization has had an impact on Indonesia. This indirectly affects the attitudes, morals and thoughts of children. Scout organizations provide roles that can make children have good attitudes, morals and thoughts through these extracurricular activities. The purpose of this study was to determine the role of scouts in instilling the value of love for the homeland in MIS Al-istiqomah, to find out what attitudes support the realization of the value of love for the homeland at MIS Al-istiqomah, and the factors that support and hinder scouts in instilling the value of love for the land. water at MIS Al-istiqomah. This type of research is specifically more directed at the use of qualitative research. The results of this study are the role of scouts in instilling the value of love for the homeland in MIS Al-Istiqomah has been going well, this can be seen by the existence of a structured planning process. Attitudes that support the realization of the value of patriotism are Honesty, Discipline, Hard Work, and Creative Attitudes. Factors that influence the implementation of scouting activities are institutions, foundations, coaches, learning and application methods, teaching aids, the environment, students themselves, and also parents. While the factors that hinder the cultivation of the value of love for the homeland include the lack of awareness of students about the importance of scouting activities in planting the value of love for the homeland, rainy weather, students who rarely take part in scouting training activities or students who take part in scout activities.

Accepted:

05-01-2022

Published:

20-01-2022

Keywords:

scout; love value; love country

 

Abstrak

Kata kunci:

pramuka; nilai cinta; cinta tanah air

era globalisasi membawa pengaruh pada Indonesia. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi sikap, moral dan pemikiran anak. organisasi pramuka memberikan peranan yang dapat membuat anak-anak mempunyai sikap, moral dan pemikiran yang baik melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut.� tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah, untuk mengetahui sikap apa saja yang mendukung perwujudan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah, dan Faktor yang mendukung dan menghambat pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah. Jenis penelitian ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Peranan pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air yang ada di MIS Al-Istiqomah sudah berjalan dengan baik, Hal ini dapat dilihat dengan adanya proses perencanaan yang tersusun secara terstruktur. Sikap yang mendukung perwujudan nilai cinta tanah air adalah Sikap Kejujuran, Sikap Disiplin, Sikap Kerja Keras, dan Sikap Kreatif. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pramuka adalah pihak lembaga, yayasan, pembina, metode pembelajaran dan penerapan, alat peraga, lingkungan, siswa itu sendiri, dan juga orang tua. Sedangkan faktor yang menghambat penanaman nilai cinta tanah air antara lain kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kegiatan pramuka dalam penanaman nilai cinta tanah air, cuaca hujan, siswa yang jarang mengikuti kegiatan latihan pramuka atau siswa yang mengikuti kegiatan

Corresponding Author: Revi Nur Fitriani

E-mail: [email protected]

Description: https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

 

 

PENDAHULUAN

Era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan iptek semakin berkembang pesat, informasi dan budaya dari luar pun masuk ke Indonesia dengan cepat. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi sikap, moral dan pemikiran anak. Padahal belum tentu semua informasi yang masuk tersebut baik semua, banyak sekali informasi dan budaya yang harus dipilih terlebih dahulu sebelum mengikutinya (Nurgiansah, 2021).

Dampaknya dapat kita lihat dari sikap, gaya bicara, cara berpakaian yang kebarat-baratan, makanan, lebih bangga dengan menggunakan produk-produk yang berasal dari luar negeri, sehingga mengakibatkan kurang nya rasa nasionalisme, cinta budaya sendiri, dan kecintaan terhadap tanah air mulai menipis. Hal tersebut sangat membahayakan bangsa Indonesia, karena kaum muda sebagai kaum penerus bangsa tentunya sudah menjadi keharusan� untuk mencintai dan melestarikan budaya Indonesia. Permasalahan ini tentu harus jadi perhatian pendidik serta calon pendidik agar dapat memperbaiki serta menanamkan kembali rasa memiliki dan cinta terhadap tanah air.

Fungsi pendidikan berdasarkan dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 yakni berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Untuk mengaplikasikan nilai-nilai cinta terhadap tanah air selain dalam pendidikan formal dapat juga dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler (Indonesia, 2003b).

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan dalam mengembangkan kemampuan, bakat, serta hobi (Toyokawa & Toyokawa, 2002). Adapun ekstrakurikuler sekolah yang wajib diikuti oleh peserta didik dari mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yaitu pramuka, pramuka dapat dijadikan wadah pembinaan dan pelatihan dalam� mengatasi permasalahan diatas, karena pada dasarnya pramuka merupakan pendidikan sendiri yang progresif bagi kaum muda dalam mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik keterampilan, fisik, spiritual, intelektual, sosial, serta emosional sebagai kaum muda yang berkualitas, membentuk karakter siswa agar dapat mengenali diri sendiri, mengamalkan pancasila sehingga menjadi manusia yang berpancasilais, serta memiliki budi pekerti luhur (IFADAH, 2019).

Pendidikan kepramukaan menjadi sebuah dasar pokok yang harus dikenalkan dan diajarkan sejak dini kepada peserta didik, agar generasi muda kembali mempunyai rasa memiliki dan kecintaan yang tinggi terhadap tanah air yang semakin hari semakin memudar dan terkikis oleh perkembangan dan kemajuan jaman (SARI, 2019). Dalam hal ini pramuka ada untuk mengembalikan rasa patriotisme dan kecintaan terhadap tanah air, bersikap nasionalisme, berbudi pekerti luhur, serta menghargai dan memelihara rasa kepemilikan dan kebanggaan terhadap produk yang dihasilkan dari dalam negri serta budaya yang ada di Indonesia.

Pendidikan dan materi kepramukaan berisikan tentang sikap nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air yang sangat tinggi, budaya dan perealisasian pancasila sebagai dasar negara. Hal ini dibuktikan dalam kode kehormatan pramuka yakni tri satya dan dasadarma pramuka (Rozi & Hasanah, 2021).

Sehubungan dengan peraturan pemerintah, dan undang-undang republik Indonesia nomor 12 tahun 2010 sekarang ini banyak lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas, yang mengadakan pendidikan tambahan dalam bentuk kepramukaan. Susilo Bambang Yudhoyono juga mengajak masyarakat untuk menjadikan gerakan pramuka sebagai media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Beliau mengingatkan kembali tekad untuk melakukan revitalisasi gerakan pramuka yang telah di kumandangkan pada tahun 2006. Menurutnya revitalisasi merupakan penunjuk arah untuk memastikan bahwa gerakan pramuka akan tetap diminati oleh generasi muda dan membawa manfaat bagi seluruh dunia (Pramuka, 2010).

Gerakan pramuka adalah sebuah nama organisasi yang merupakan sebuah proses wadah pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia (Novia Maharani, 2020). Pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia merupakan segi pendidikan nasional yang penting dan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun sekarang ini banyak peserta didik yang kurang meminati kegiatan pramuka mungkin karena mereka menganggap pramuka itu jaman dulu, kuno, kurang menarik, atau juga mungkin karena adanya kemerosotan rasa cinta tanah air yang dijaman sekarang ini tentu dapat kita rasakan kemundurannya tersebut.

Peserta didik tidak sepenuhnya salah karena mungkin mereka belum mengetahui ilmu pendidikan dan nilai-nilai moral yang tinggi dalam kesederhaan dari pramuka, serta peserta didik belum memahami dari kesederhanaan itu terdapat pengembangan potensi, penguatan karakter, nilai-nilai luhur lain serta belum mengetahui adanya penanaman rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang terdapat dalam pramuka.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir dan cara kerja perjuangan bangsa. Hal tersebut sebagimana diungkapkan oleh (Sugito, 2007: 76) yaitu Pancasila diterima dan dijadikan pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara, membawa konsekuensi yang logis untuk menjadikan pancasila sebagai landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara. Pengakuan pancasila sebagai pandangan hidup mengharuskan kita untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila itu kedalam sikap dan prilaku nyata dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai kebangsaan yang sesuai dengan pancasila ini telah diajarkan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai dengan sekolah menengah atas pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, sejarah dan lain sebagainya. Dalam hal ini pendidikan paling dasar adalah pada sekolah dasar yang merupakan lembaga formal dasar sebagai pondasi awal untuk jenjang pendidikan keatasnya. Oleh sebab itu, pendidikan� sekolah dasar mempunyai peran yang sangat vital dalam menanamkan nilai cinta tanah air yang meliputi kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan terhadap pancasila, rela berkorban untuk bangsa dan Negara serta kemampuan awal bela Negara (Rusdini, 2012).

Kenyataannya masih banyak siswa di madrasah ibtida�iyah swasta Al-istiqomah Cibingbin yang belum memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme. Dapat dilihat dari kurangnya pemahaman pancasila, bahkan masih ada yang belum menghapalnya, masih banyak siswa yang belum hapal lagu-lagu wajib nasional dan lagu daerah, tidak mengetahui pahlawan-pahlawan nasional. Bahkan ada disalah satu yayasan pendidikan yang masih belum mengadakan upacara kesadaran dan melarang peserta didiknya untuk menghormat pada bendera merah putih dengan alasan musyrik. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air sebagai pegangan telah luntur dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan fakta tersebut, mengakibatkan masalah-masalah yang timbul di dalam kelas, di lingkungan madrasah dan di lingkungan sehari-hari, antara lain kurang hormatnya siswa kepada guru, orang tua, kurang sopan terhadap sesama, bersikap acuh terhadap negara, masih rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya nilai kesatuan dan persatuan bangsa, kurangnya sikap disiplin pada siswa, berkurangnya semangat belajar yang dimiliki oleh siswa, adanya siswa yang belum bisa berkata dan belum besikap jujur serta kreatifitas siswa yang belum berkembang dengan baik.

Melihat kondisi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian� yang berkaitan dengan menanamkan nilai cinta tanah air melalui pendidikan kepramukaan dengan menggunakan studi kasus di madrasah ibtida�iyah swasta (MIS) Al-istiqomah Cibingbin, yang mana di madrasah ibtida�iyah ini termasuk kegiatan pramuka aktif dan kegiataan ekstrakurikuler ini wajib diikuti oleh siswa-siswi di madrasah.

Penelitian ini mengambil wilayah disekitar MIS Al-istiqomah dan merumuskan beberapa pertanyaan yang berisfat umum (grand tour question) sebagai berikut :

1.� Bagaimana peran pramuka dalam menanamkan sikap cinta tanah air di MIS Al-istiqomah?

2.� Sikap apa saja yang mendukung perwujudan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah?

3.� Apa saja faktor yang medukung dan menghambat pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah, untuk mengetahui sikap apa saja yang mendukung perwujudan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah, dan Faktor yang mendukung dan menghambat pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air di MIS Al-istiqomah. Kegunaan penelitian ini adalah memberikan wacana, memberikan inspirasi dan masukan kepada lembaga pendidikan dan tenaga pendidik. Keinginan penulis mengambil tema tersebut adalah berawal dari keprihatinan penulis terhadap peserta didik di era ini, yang mengenyampingkan kecintaan terhadap tanah air nya sendiri.

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan penelitian kualitatif. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Alasan peneliti memilih metode pendekatan kualitatif dalam peneltian karena dengan metode ini peneliti dapat mengetahui cara pandang obyek penelitian lebih mendalam yang tidak bisa diwakili dengan angka-angka statistik. Jika subyek kita ubah menjadi angka-angka statistik, maka peneliti akan kehilangan sifat subyektif dari perilaku manusia. pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan atau mendseskripsikan penanaman nilai cinta tanah air melalui pendidikan kepramukaan di MIS Al-istiqomah Cibingbin Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi adanya pendidikan kepramukaan yang dapat menanamkan nilai cinta tanah air sehingga nilai cinta air peserta didik dapat tumbuh dan dapat berkembang sebagaimana tujuan yang ingin dicapai.

 

1.    Informan Penelitian

Penelitian ini informan �diambil dengan pertimbangan purposive sampling. Metode yang akan digunakan disini adalah metode induktif� yaitu berpikir dari kesimpulan atau keputusan khusus untuk memperoleh keputusan atau kesimpulan umum. Informan dari penelitian ini tidak dibatasi pada jumlah informan tetapi sampai pada ketika informasi yang dibutuhkan sudah cukup. Informan penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini berjumlah 3 orang yakni satu Pembina pramuka putra satu pembina pramuka puteri dan satu kepala madrasah yang turut serta dalam mendukung segala program madrasah dan program kegiatan pramuka dalam bentuk apapun.

 

2.   Sumber Data

Adapun sumber data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

a.    Data Primer. Data diperoleh dengan menggunakan observasi wawancara dan dokumentasi kepada Pembina kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pembina disini berjumlah 2 orang, 1 pembina putra dan 1 pembina putri. Yakni Bapak Abdul Nusi,S.Pd.I sebagai pembina putra dan Ibu Erlinawati,S.Pd.I sebagai pembina putri.

b.    Data sekunder. Data ini diperoleh dari 1 kepala madrasah, yakni Ibu Uum Sumiati,S.Pd.I sebagai kepala madrasah di MIS Al-istiqomah, data ini untuk melengkapi data primer.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di madrasah ibtida�iyah swasta (MIS) Al-istiqomah di� Cibingbin tepatnya dijalan madrasah no 10 dusun manis rt/rw 002/002 desa Cibingbin kecamatan Cibingbin. Madrasah Ibtida�iyah Al-istiqomah mulai berdiri pada tahun 1968, mempunyai luas tanah 2.800 m� dan luas bangunan 1.390 m�. Jumlah ruang kelas yang ada disini 12 ruang kelas, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang guru, 1 ruang kesekretariatan, 1 masjid, 1 perpustakaan, 4 buah wc siswa, 2 ruang wc guru, dan lapangan voly. Satu kelas memiliki 2 rombel, jumlah siswa seluruhnya berjumlah 348 siswa, 179 putra dan 169 putri. Tenaga pendidik dan kependidikan disini berjumlah 15 orang, 3 laki-laki dan 12 perempuan. Tenaga pendidik kualifikasi strata satu dan semua tenaga pendidik disini berstatus� honorer.

Madrasah swasta ini berdiri di bawah naungan yayasan pendidikan Al-istiqomah Mandiri yang mempunyai visi �terwujudnya peserta didik yang berbudi, berprestasi, mandiri berdasarkan iman islam dan taqwa�. Misi nya antara lain : Menumbuh kembangkan akhlakul karimah, mendorong terlaksananya KBM yang berkualitas, menumbuh kembangkan professionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, meningkatkan lingkungan madrasah yang ASRI dan kondusif, meningkatkan sarana dan prasarana. Adapun tujuannya adalah untuk menyiapkan generasi islami yang cakap, siap berkompetitif, kreatif, inovatif dan adaftip terhadap kondisi umat.

 

Deskripsi tentang kegiatan ekstrakurikuler MIS Al-istiqomah Cibingbin

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah proses kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya (PERMANA, 2020).

Sebagai lembaga pendidikan, MIS Al-Istiqomah Cibingbin mempunyai beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang berguna untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Kegiatan ini merupakan ekstrakurikuler yang bersifat wajib, salah satunya adalah ekstrakurikuler pramuka. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh informan, yakni dengan �mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini siswa diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, menumbuhkan nilai kecintaan terhadap tanah air.�

Informan 1 mengatakan bahwa :

�Kegiatan pramuka di MIS Al-istiqomah Cibingbin ini dilaksanakan setiap hari Jumat dalam minggu efektif pembelajaran mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Kegiatan pramuka wajib diikuti oleh kelas 4 hingga kelas 6. Pramuka di MIS Al-istiqomah digolongkan berdasarkan usia nya menjadi dua golongan. Yang pertama yakni golongan anggota siaga dan kedua golongan anggota penggalang. Melalui pendidikan� pramuka ini diharapkan siswa dapat menggali dan mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya untuk menjadi� pribadi yang semakin baik. Proses kegiatannya dilakukan dengan pola belajar yang asyik, belajar sambil bermain dan menyenangkan.��

Menurut informan 2 bahwa :

�Sebagian pengaruh sikap yang postif akan didapat oleh siswa ketika ketika ia benar-benar menekuni dan mengikuti pendidikan kepramukaan itu sendiri. Dalam pelakasanaan kegiatan pramuka siswa merasa gembira sekali dan banyak yang menyukai bahkan merindukan kegiatan pramuka. Program latihan pramuka diantaranya pemberian materi pramuka, materi umum, materi keagamaan, game, materi perkemahan, refreshing serta masih banyak lagi materi lainnya yang disampaikan agar siswa dapat menanamkan kecintaannya terhadap tanah air�.

Adapun prestasi yang telah diraih oleh MIS Al-istiqomah dalam kegiatan pramuka banyak sekali diantaranya juara umum jambore tingkat kecamatan tahun 2012, juara 1 lomba gerak jalan dalam kegiatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka tingkat kecamatan tahun 2013, juara 1 PBB jambore tingkat kecamatan tahun 2016, juara 1 pioneering jambore MI tingkat kabupaten tahun 2016, serta masih banyak kejuaraan yang telah diraihnya.

Pendidikan kepramukaan diperlukan adanya kurikulum agar kegiatan tersebut tidak hanya sekedar jalan, akan tetapi punya acuan yang dijadikan sebagai pedoman pendidikan kepramukaan. Selain itu, dengan adanya acuan dalam pendidikan kepramukaan akan mudah untuk mengembangkan potensi anak dalam mencapai prestasi-presatsi didunia kepramukaan.

Kurikulum pendidikan kepramukaan di MIS Al-istiqomah Cibingbin mengacu pada buku Syarat Kecakapan Umum (SKU) pramuka yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.   Program Kerja Bulanan

Program kerja bulanan diberikan dengan maksud untuk dijadikan acuan kegiatan bulanan dalam kegiatan kepramukaan di pangkalan masing-masing. Hal ini bertujuan supaya pendidikan kepramukaan dapat berjalan dengan baik dan terarah. Dengan program kerja bulanan yang tertulis ini juga dapat mengevaluasi kegiatan yang dapat terlaksana dan yang tidak terlaksana agar dapat diperbaiki di semester berikutnya. Kegiatan bulanan ini dapat dilihat juga respon serta partisipasi peserta didik dalam proses antusiasme mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MIS Al-istiqomah.

b.  Program Latihan Mingguan

Program latihan� mingguan diberikan kepada anggota Gerakan Pramuka bertujuan untuk mencapai suatu kecakapan, baik Kecakapan Umum maupun Kecakapan Khusus. Dalam� menyusun program latihan ini, kita berpedoman pada SKU dan SKK sebagai tolak ukur pencapaian kecakapan anggota Gerakan Pramuka. Program latihan tersebut dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan jadwal latihan. Selain program latihan mingguan dalam pembuatan jadwal harus disesuaikan dengan silabus yang mengacu pada SKU yang disesuaikan dengan golongan dalam kepramukaan baik itu siaga, maupun penggalang.

c.   Keadaan Tenaga Pembina dalam kegiatan ekstrakurikuler di MIS Al-istiqomah Cibingbin

Salah satu unsur dalam pendidikan kepramukaan adalah keberadaan tenaga pendidik, yakni Pembina pramuka. Pembina yang profesional sangat diperlukan untuk kelancaran dan keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan pramuka tersebut. Di MIS Al-istiqomah Cibingbin mempunyai dua� Pembina pramuka. Terdiri dari satu pembina laki-laki dan satu pembina perempuan. Satu sebagai pembina pramuka penggalang dan satu pembina pramuka siaga.

 

Deskripsi tentang Penerapan Nilai Cinta Tanah Air

a.  Nilai Cinta Tanah Air

Nilai cinta tanah air merupakan sebuah perasaan yang timbul dari hati sanubari seorang warga negara untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan (Ikhsan, 2017). Rasa cinta tanah air merupakan rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari prilaku membela tanah airnya, menjaga, dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada di negara nya dengan melestarikannya.

 

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan 2 :

Pendidikan kepramukaan terdapat materi dan aplikasi untuk menanamkan nilai cinta tanah air. Pemberian materi ini diharapkan agar siswa mampu memahami pentingnya nilai cinta tanah air dan berusaha untuk menerapkan sikap-sikap yang termasuk nilai cinta tanah air dengan baik.�. �Penanaman nilai cinta tanah air penting pisan kanggo murangkalih supados kapayun na murangkalih tiasa ngabaktos ka nagara� artinya penanaman nilai cinta tanah air sangat penting untuk siswa, diharapkan agar kelak siswa memiliki pengabdian yang besar terhadap Negara.

Upaya bela negara dan pertahanan keamanan negara ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Indrawan & Efriza, 2018). Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Setiap warga negara, tanpa kecuali sesuai dengan kedudukannya masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk turut serta dalam upaya bela negara, pertahanan, dan keamanan negara. Sebagai siswa dan generasi muda berkewajiban mewujudkan nilai-nilai perjuangan dalam berbagai lingkungan kehidupan secara nyata (Indonesia, 2003a). Contoh upaya bela negara yang dilakukan oleh kita semua di berbagai lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan juga negara.

Informan 1 mengatakan bahwa:

��sebagai warga negara yang baik tentunya kita harus memiliki rasa kecintaan kita terhadap negara.� Nilai cinta tanah air siswa yang dijadikan sasaran perubahan yaitu dengan berusaha mendidik siswa agar siswa mampu menghormati dan menghargai guru dan orang tua, menjaga nama baik diri sendiri, dan menjaga nama baik madrasah. Adapun contoh sikap yang merupakan perwujudan dari nilai cinta tanah air atau bela Negara yaitu : sikap religius, sikap jujur, sikap kerja keras, disiplin dan kreatif�.

 

Menurut informan 3:

��cinta tanah air dan semangat kebangsaan adalah suatu sikap yang berlandaskaan ketulusan dan keikhlasan hati dengan perwujudan tindakan yang nyata demi terbentuknya keutuhan dan kemakmuran bangsa.�

Maka dari itu, warga negara memiliki kewajiban berperilaku cinta tanah air di antaranya adalah Berusaha menjaga dan mengharumkan nama baik negara dengan memberikan kontribusi nyata melalui prestasi-prestasi yang dihasilkan serta tidak mencemarkan nama baik negara. Memberikan bantuan, baik moril maupun materiil demi kepentingan negara, salah satu contohnya adalah dengan membayar pajak. Mencintai dan senantiasa menggunakan produk dalam negeri. �Selalu bangga menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD. Senantiasa berusaha menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan budaya serta kesenian Indonesia hingga tataran internasional.

Akan tetapi semua hal tersebut tentu tidak semudah pengucapannya, pasti ada saja yang mendukung atau menghambat jalannya penerapan nilai cinta tanah air. Adapun menurut pendapat informan 1:

�Faktor yang mendukung terlaksananya penanaman nilai cinta tanah air pada siswa antara lain ada yang berasal dari dalam (internal) dan ada yang dari luar (lingkungan) misalnya : metode pembelajaran dan penerapan, alat peraga, lingkungan, siswa itu sendiri, pembina, dan juga orang tua. Sedangkan faktor yang menghambat penanaman nilai cinta tanah air antara lain siswa yang jarang mengikuti kegiatan latihan pramuka atau siswa yang mengikuti kegiatan, akan tetapi kurang fokus dalam menerima materi yang disampaikan, serta waktu tidak efektif pembelajaran, sehingga menghambat pada program kerja dan jadwal mingguan siswa�.

 

b.  Sikap Religius

Religius berarti sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk dan tata caranya telah ditentukan oleh Allah dan ada yang tidak ditentukan oleh Allah. Jika inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau ibadah, maka ini hubungan Allah tersebut menemukan kebenaran islam dan menjadi muslim yang kaffah.

Berdasarkan wawancara dengan informan 3, beliau bergagasan bahwa :

�Dalam meningkatkan religiusitas pada diri siswa tentunya diperlukan sebuah tahapan dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT. Tahapan-tahapan peningkatan religiusitas anak dibutuhkan keterlibatan keluarga (orang tua), madrasah, dan masyarakat. Dukungan yang maksimal dari keluarga (orang tua) dan lingkungan masyarakat dalam penerapan nilai-nilai agama sangat menentukan tingkat keberhasilan religiusitas anak dalam kehidupan sehari-hari�.

 

Artinya religiusitas tidak hanya diserahkan sepenuhnya pada madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, akan tetapi diperlukan dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Akan tetapi masih banyak orang tua menyerahkan anak sepenuhnya ke pihak madrasah, terlebih di madrasah ibtida�iyah al-istiqomah ini, orang tua seakan menuntut pihak madrasah agar anaknya mampu memiliki sikap yang baik sesuai dengan norma dan aturan etika.

Menurut informan 1 :

�Nilai-nilai religius ini dapat diajarkan kepada siswa melalui beberapa kegiatan yang sifatnya religi atau berkaitan dengan ketuhanan. Kegiatan religius akan membawa siswa pada pembiasaan berprilaku religius. Perilaku religius akan menuntun siswa untuk bertindak sesuai dengan moral dan etika. Seperti halnya membiasakan siswa untuk berdo�a, bersyukur, mengucapkan salam kepada guru, orang tua dan rekan lainnya saat bertemu, membiasakan siswa untuk mengikuti kegiatan sholat dhuha, dzhuhur berjamaah di madrasah, membiasakan sholat ashar berjamaah saat kegiatan ekstrakurikuler, memberikan tausiyah kepada siswa, mengajarkan siswa untuk bersedekah dan berinfaq, memperingati hari besar keagamaan islam, dan lain sebagainya�.

 

Informan 2 mengatakan :

�Pembiasaan ini diharapkan mampu merubah pola pikir siswa dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat berpikir positif (positive thinking), perubahan tingkah laku yang awalnya kurang baik menjadi baik, benar, sesuai dengan moral dan etika, serta ucapan siswa diharapkan dapat lebih baik dalam berucap, bertutur kata yang sopan, mengucapkan salam, mengucapkan tolong saat meminta bantuan, mudah memaafkan teman, dan mengucapkan terimakaaih saat siswa menerima apapun, sekecil apapun itu�.

 

Informan 2 pun dalam wawancara dengan peneliti menambahkan :

�Jika siswa sudah terbiasa hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kebiasaan sikap religius, kebiasaan-kebiasaan itu pun akan melekat pada dirinya dan diterapkan dimana pun mereka berada. Begitu juga dengan sikapnya dalam berucap, berpikir, bertingkah laku akan selalu didasarkan pada norma agama, moral dan etika yang berlaku. Madrasah ibtida�iyah al-istiqomah telah mencoba menerapkan hal ini dengan harapan akan terbentuk generasi muda yang handal, bermoral, beretika�.

 

Sikap religius diajarkan dalam pendidikan kepramukaan, dengan harapan siswa akan dapat membiasakan sikap religi dalam setiap langkah kehidupannya. Religius merupakan sikap yang menjadi pendukung setiap siswa untuk mencintai tanah airnya.

c.   Sikap Kejujuran

Informan 1 mengatakan dalam wawancara bahwa :

�Di madrasah ibtida�iyah� al- istiqomah Cibingbin ini tidak hanya saat kegiatan belajar, didalam kegiatan ekstra pun siswa selalu dibimbing dan diarahkan untuk bersikap jujur, misalnya dengan mengerjakan segala tugas tugas yang diberikan oleh ibu bapak guru, tidak mencontek pekerjaan teman, mengerjakan semua tugas tugas sekolah dengan seharusnya, melaksanakan piket pada waktunya, mengikuti peraturan peraturan sekolah, memberitakan hal yang benar pada orang tua, contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan suatu hal, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang lain terkesan, tidak mengarang cerita atas kesalahan yang telah diperbuat, tindakan harus sesuai dengan kata kata. Siswa juga selalu diingatkan hadits untuk selalu bersikap jujur : عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر �Kamu harus selalu jujur, maka sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan�

 

Kejujuran merupakan modal utama untuk berteman dan dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Informan 3 mengatakan bahwa :

�Sekecil apapun itu, sepahit atau sesakit apapun kejujuran harus selalu diungkapkan. Siswa diajarkan untuk selalu mengatakan hal yang benar karena jika siswa melakukan kejujuran meskipun kecil akan tetapi memperoleh kepercayaan yang besar baik itu dari guru, orang tua, mapun dari rekan-rekan nya sendiri�.

Informan 2 menceritakan ada sebuah kasus tentang kegaduhan kelas 4 (empat) saat kegiatan ekstrakurikuler : 

�Siswa 1 dan siswa 2 yang usianya selisih satu tahun, siswa 1 yang usianya lebih tua sedang asyik bermain bangku deret tengah bersama teman lainnya. Lalu tiba-tiba siswa 2 datang dengan agak kebingungan ingin bermain apa? Ketika melihat siswa 1 asyik bermain dengan teman lainnya, siswa 2 berusaha untuk ikut main dengan mereka, lalu siswa 2 mendekati, siswa 1 berkata kepada siswa 2 �Punten teu kenging ngaganggu maenan nu abdi� (maaf, jangan mengganggu mainan aku) tapi siswa 2 tak menghiraukan ucapan siswa 1, lalu siswa 2 marah dan mengambil mainannya, seketika itu siswa 2 memukul wajah siswa 1, sontak siswa 1 menjerit kesakitan. Mendengar suara gaduh diruang kelas, informan 2 yang telah dari kamar kecil mendadak kaget dan bertanya �Kunaon bageur? Aya naon? Di kantunkeun sakedap geuning tos pahibut wae atuh� (Kenapa? Ada apa? Ditinggal sebentar kok udah rebut gini) lalu siswa 1 menjawab �si eta ngagebug raray abdi Bu!� (Dia Memukul wajahku, Bu!) kemudian siswa 2 langsung menjawab �Henteu Bu guru, sanes abdi nu ngagebug na oge. Abdi mah henteu Bu� (tidak Bu guru  bukan aku yang memukulnya, Aku tidak memukul dia Bu.) Kemudian apa yang ibu lakukan dalam menghadapi kasus seperti itu? Tanya peneliti. �Hal seperti ini sering ditemukan dalam kelas bahkan di rumah kita, kebohongan terhadap suatu sikap tak terpuji bisa menimbulkan kemarahan, selain sikap menyakiti. Tapi, tidak ada gunanya guru atau orang tua lalu �marah meledak-ledak�. Hingga hilangnya kontrol diri. Dalam suasana panas, seperti itu saya �mencoba untuk menutupi kegaduhan yang terjadi.� Namun yang harus kita lakukan yaitu hindari mengajukan pertanyaan langsung tetang kejujuran terhadap anak, seperti,�Bisakah kamu mengatakan bahwa kamu tidak berbuat ini?� Karena hal ini justru akan membuat dia menggali lubang semakin dalam untuk menyembunyikan kesalahan dirinya�.

 

 

Informan 1 mengatakan :

�Sebagai guru dan orang tua yang baik kita harus selalu memberitahukan kepada siswa dan anak kita kalau berbohong adalah dosa dan salah. Agar anak tidak mencoba-coba untuk berbohong. Kita juga harus memberi masukan-masukan yang baik untuknya. Sehingga mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang baik�.

 

�Baik tidaknya seorang anak atau siswa sangat dipengaruhi oleh orang tua dan guru mereka, Jadi ketika mendidik anak kita harus menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang baik termasuk pribadi yang jujur. Seorang yang jujur akan lebih dihargai orang lain. Dimanapun dan kapanpun kalau orang itu jujur pasti akan sukses dan dihormati orang. Jadi tanamkanlah kejujuran pada anak sejak dini�. (Tambah informan 3).

 

Maka dari itu penting bagi kita untuk menananmkan kejujuran dalam hati dan setiap langkah kita, dengan jujur maka seseorang akan menjadi oarang yang amanah, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, dan akan memetik hasil atas perbuatanya yang dengan sikap jujur tersebut. Dan sebaliknya orang yang tidak mempunyai sikap jujur akan di jauhi oarang lain dan akan memetik kerugian atas semua yang sudah di lakukanya dalam kehidupannya. Dan apabila kejujuran itu hilang dalam dirinya hilang juga harga dirinya terhadap orang lain. Dan ingatlah bahwa kejujuran juga merupakan kunci untuk meraih kebagiaan di dunia dan akhirat.

d.  Sikap Disiplin

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, mengatakan bahwa �terdapat beberapa bentuk kedisiplinan.� Adapun bentuk kedisiplinan yang diterapkan di MIS Al-istiqomah Cibingbin adalah sebagai berikut:

1.     Disiplin Belajar

Informan 3, mengatakan bahwa:

��belajar juga membutuhkan kedisiplinan dan keteraturan. Dengan disiplin belajar setiap hari, lama kelamaan kita akan menguasai bahan tersebut. Di dalam pendidikan kepramukaan, kewajiban sebagai Pembina pramuka adalah mendorong anak didik untuk selalu rajin belajar, selalu berusaha dengan tekun, selalu mengembangkan dirinya, dan selalu tertib dalam melaksanakan tugas tanpa terbebani�.

 

Di MIS Al-istiqomah Cibingbin disiplin belajar ditandai dengan adanya pemberian tugas berupa materi maupun praktek yang diberikan kepada peserta didik dari Pembina pramuka baik itu tugas yang bersifat individu maupun kelompok. Maksud diberikannya tugas-tugas tersebut agar anak akan terbiasa mengerjakan sesuatu sehingga nantinya anak tersebut dapat memahami apa yang selama ini dipelajari dalam mengikuti pendidikan pramuka. Disamping itu motivasi dari pembina pramuka juga diperlukan kepada setiap anggota pramuka untuk senantiasa rajin belajar. Setelah siswa tersebut sering menerima dan mengerjakan tugas serta mendapatkan motivasi dari pembina pramuka, maka sedikit demi sedikit didalam diri siswa itu akan tertanam sikap displin belajar.

2.    Disiplin Waktu�

Informan 2 mengatakan :

�Disiplin waktu menjadi sorotan utama terhadap kepribadian sesorang. Waktu juga menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Waktu yang kita miliki itu terbatas hanya 24 jam dalam satu hari satu malam. Jika waktu itu tidak kita gunakan dengna sebaik-baiknya, maka tidak terasa waktu itu telah habis dan terbuang sia-sia. Dalam pramuka diajarkan bagaimana memanfaatkan waktu serta tata cara menjalankan fungsi dan tanggungjawab yang diemban�.

 

Informan 1 mengatakan bahwa :

�Di dalam kegiatan pramuka banyak sekali hal-hal yang dilakukan untuk menanamkan disiplin waktu, diantaranya pembuatan jadwal kegiatan yang ditata sedemikian rupa agar kegiatan pramuka berjalan dengan baik.� Seperti halnya di MIS Al-istiqomah Cibingbin, kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini dibuka dengan upacara pembukaan pada pukul 13.00 WIB, dilanjutkan dengan pemberian materi, permainan, sholat ashar berjamaah dan ditutup pada pukul 16.00 WIB. Disiplin waktu menjadi hal yang sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan, karena ketika waktu ini dimulai tidak terkontrol secara baik maka kegiatan yang akan berlangsung akan mengalami kendala�.

Disiplin waktu di MIS Al-istiqomah Cibingbin ditandai dengan adanya siswa datang tepat waktu pada saat kegiatan pramuka itu dimulai dan tidak boleh terlambat. Murid harus selalu memaksimalkan waktu satu jam setengah tersebut untuk mengikuti kegiatan pramuka. Dan ketika diberi tugas oleh Pembina pramuka pun� tidak boleh ditunda-tunda dalam mengerjakannya. Hal� tersebut harus selalu diterapkan agar disiplin waktu dapat tertanam pada diri peserta didik.

3.    Disiplin Ibadah

Disiplin ibadah juga ditekankan kepada setiap anggota pramuka. Hal ini di cantumkan dalam poin pertama pertama Tri Satya maupun Dasadarma Pramuka. Kode kehormatan ini ditanamkan untuk mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa agar setiap anggota pramuka dapat mempertanggungjawabkan dirinya kepada Sang Pencipta sehingga dalam pelaksanaan dan pengalamannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab, serta ketertarikan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Salah satu contoh yang dilakukan dalam menerapkan disiplin ibadah bagi para anggota pramuka diantaranya dengan melakukansholat berjamaah dan bisa juga dalam setiap permainan ditanamkan sifat-sifat jujur, patuh, setia dan tabah. informan 2 pun menambahkan bahwa :

�Disiplin ibadah menjadi salah satu target yang ingin dicapai di MIS Al-istiqomah Cibingbin. Penanaman disiplin ibadah ini dilakukan melalui kegiatan sholat dzuhur berjamaah. Kegiatan ini diwajibkan kepada setiap anggota pramuka, baik itu laki-laki maupun perempuan�.

Informan 3 mengatakan bahwa :

�Kegiatan sholat berjamaah ini dilaksanakan untuk melatih siswa agar mempunyai kesadaran sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga diharapkan siswa mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Untuk hubungan sesama manusia, siswa dilatih untuk bersikap jujur baik dalam bersikap maupun dalam bertindak, sedangkan untuk lingkungan sekitarnya siswa dilatih untuk saling menghormati dan menghargai keyakinan-keyakinan yang ada disekitar lingkungan madrasah�.

 

4.   Disiplin Sikap�

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, mengatakan bahwa :

�Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point� untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin untuk tidak marah, tergesa-gesa dan gegabah dalam bertindak. Sikap positif wajib dimiliki oleh setiap angota pramuka, dengan sikap positif ini diharapkan anggota pramuka menjadi insan yang mempunyai prinsip dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Disiplin sikap ini dapat dilatih dengan tindakan tidak menyinggung temannya, selalu menghargai beragai ragam agama, suku dan budaya�.

 

 

 

 

Penerapan disiplin sikap ini MIS Al-istiqomah Cibingbin masih dirasa sudah dilakukan secara maksimal, siswa mampu mengontrol diri baik dalam mengucapkan maupun dalam bersikap. Hal ini dikarenakan mereka telah memahami dan menerapkan sedikit demi sedikit tentang pentingnya sikap disiplin dalam aktifitas sehari-hari siswabaik itu disekolah, di rumah maupun di lingkungan tempat ia bermain.

e.   Sikap Kerja Keras Siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1 mengatakan bahwa �kerja keras adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap siswa untuk menunjang hasil pembelajaran yang diharapkan.� Pun menambahkan bahwa :

�Kerja keras bagi siswa dapat tercermin dalam keteguhan dan semangat siswa dalam memahami materi pembelajaran dalam kegiatan belajar sehari-hari. Selain itu, siswa juga pintar memanfaatkan waktu dirumah untuk belajar. Sehingga siswa yang� mempunyai sikap kerja keras akan terlihat lebih unggul dan biasanya terbentuk kecerdasan baik sosial, spiritual, emosional ataupun intelektual�.

 

Informan 2 menambahkan bahwa kegigihan siswa dalam belajar di MIS Al-istiqomah Cibingbin ini sudah begitu baik, meskipun masih ada siswa yang mengenyampingkan prestasi belajar, dikarenakan rasa malas nya dan tidak ada upaya sungguh-sungguh siswa untuk belajar.�

�Untuk itu kegiatan pramuka diadakan agar siswa yang malas memiliki semangat untuk belajar sehari-hari. Semangat siswa dalam latihan membuat pihak pembina semangat untuk mengadakan kegiatan dan permainan yang bertujuan untuk menanamkan sikap kerja keras siswa, misalnya dalam permainan kelompok yakni bebentengan, di dalam permainan ini siswa harus berusaha keras untuk melewati daerah lawan dengan tanpa tersentuh oleh lawan, apabila ada salah satu anggota badan nya yang tersentuh tangan maka siswa tersebut kalah. Oleh sebab itu maka siswa tentu berhati-hati dan juga berusaha keras untuk melewatinya. Siswa yang berhasil melewati lawan dengan tanpa tersentuh oleh lawan, maka ia dinyatakan menang.� Melalui kegiatan-kegiatan semacam itu siswa secara tidak langsung telah dilatih untuk bersikap kerja keras, khususnya dalam belajar�. (Informan 2)

�Kerja keras merupakan sikap pantang menyerah dalam memacu daya tahan kerja.� Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3 mengatakan bahwa:

�Tahan kerja yang dimaksud adalah perilaku siswa yang mampu sekuat tenaga dalam memecahkan masalah terhadap materi yang dipelajarinya, serta prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Siswa yang memiliki karakter kerja keras cenderung lebih mengedepankan prestasi dibandingkan dengan yang lainnnya, hal ini dikarenakan perasaan siswa melakukan kerja keras yang optimal untuk hasil yang maksimal�.

Jadi siswa di MIS Al-Istiqomah diajarkan dan dididik untuk menjadi siswa yang dewasa, mampu bekerja keras dalam meraih suatu yang jadi cita-citanya, bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar untuk mendapatkan hasil yang optimal, siswa juga di didik agar dapat bekerja keras, berusaha, bersungguh-sungguh untuk menjadi masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa sosial dan karakter yang baik agar dapat mengharumkan nama bangsa di kanca internasional.

f.    Sikap Kreatif Siswa

Terdapat banyak tuntutan dalam kegiatan pramuka yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan dan melekat dalam kepribadian setiap anggota gerakan pramuka. Ciri-ciri pribadi yang kreatif adalah : imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, bersedia mengambil resiko dan berani dalam pendirian dan keyakinan. Diantara sekian ciri kreatif tersebut, hampir ditemukan dalam kepribadian diri seorang siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

Jika siswa memiliki sikap kreatif terdapat berbagai peulang emas yang akan dimiliki oleh siswa tersebut. Dalam pramuka di kenal istilah learning by to earn adalah belajar untuk mencari penghasilan, maksudnya semua ilmu yang didapatkan di pramuka bisa dijadikan modal usaha untuk mencari pekerjaan kelak disaat siswa sudah menginjak dewasa. Informan 2 mengatakan bahwa �siswa yang aktif pramuka dan memiliki kreatifitas yang baik akan berbeda dengan siswa yang tidak mengikuti pramuka.� Arti dari perbedaan itu yakni di dalam pramuka siswa secara tidak langsung dituntut untuk dapat berpikir luas, berpikir kedepan, dan berpikir terstuktur. Siswa tersebut akan lebih dewasa dalam berpikkir, saat memerlukan sesuatu atau sedang dalam memiliki masalah, seorang pramuka tidak kehabisan akal untuk mencari jalan keluar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, mengatakan bahwa:

�Kreatifitas siswa disini di rangsang dengan memberikan perintah kepada siswa dengan instruksi siswa menentukan sendiri tema sesuai dengan kreatifitasnya masing-masing, belajar kreatif tidak hanya di dalam kelas, kreatifitas siswa biasanya akan lebih berkembang saat siswa belajar diluar ruangan.� Dalam kegiatan pramuka disini siswa diajak untuk berpikir kreatif dengan banyaknya permainan yang dilakukan dalam kegiatan pramuka, pada saat rihlah pun misalnya siswa diajak tadabur alam dan menulis apa pun yang ada dalam pikirannya. Berdasarkan hasil belajar diluar ruangan tersebut dapat terlihat kemampuan siswa dalam berkreasi�.

Proses belajar mengajar harus berjalan dengan hidup, pun begitu juga dengan pendidikan kepramukaan, artinya bahwa pembelajaran yang dilakukan harus menarik minat siswa dan pembina (pendidik). Utamanya bagi siswa, siswa baiknya ikut serta dalam kegiatan dengan aktif, dan guru atau pembina harus bisa merangsang inisiatif dan kreatifitas mereka untuk mendalami dan memahami materi yang dipelajari.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari pembahasan tiap bab diatas, penelitian dengan judul �Peran Pramuka dalam Menanamkan Nilai Cinta Tanah Air di MIS Al-Istiqomah Cibingbin� dapat disimpulkan bahwa Peranan pramuka dalam menanamkan nilai cinta tanah air yang ada di MIS Al-Istiqomah sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya proses perencanaan yang tersusun secara terstruktur, mulai dari jadwal pelaksanaan, program mingguan dan program bulanan. Pendidikan kepramukaan mengajarkan kepada setiap anggotanya untuk menanamkan nilai cinta tanah air. Karena nilai cinta tanah air di maksudkan� untuk menggantikan generasi tua di masa yang akan datang. Diantara nilai cinta tanah air yang telah ditanamkan di MIS Al-Istiqomah Cibingbin adalah sikap religius, sikap kejujuran, sikap disiplin, sikap kerja keras dan sikap kreatifitas siswa. Sikap yang Mendukung Perwujudan Nilai-Nilai Cinta Tanah Air diantaranya Sikap Religius yang ditanamkan dan diterapkan di MIS Al-istiqomah melalui kegiatan pramuka sudah bagus. Kegiatan-kegiatan keagamaan berlangsung dengan baik. Siswa sudah dengan tanpa beban untuk melaksanakan sholat berjama�ah di masjid sekolah, sholat sunnah dhuha, yaasiinan bersama, hapalan surat-surat, qiro�at dan lain sebagainya. Siswa juga terbiasa menerapkan senyum, sapa, salam dan salim,� kepada orang yang lebih tua. Selanjutnya Sikap Kejujuran, Jujur merupakan prilaku yang didasarkan pada upaya untuk menjadikan perkataan, ucapan untuk dapat dipercayai oleh orang lain. Di MIS Al-istiqomah sikap kejujuran siswa yang ditanamkan bersama peran kegiatan pramuka sudah terbilang baik, siswa sudah terbiasa untuk berbicara jujur. Meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang belum menerapkan kejujuran, akan tetapi pihak yayasan dan madrasah terus berusaha dengan tanpa lelah untuk mewujudkan itu. Penanaman sikap disiplin melalui kegiatan kepramukaan di MIS Al-Istiqomah sudah berjalan dengan baik. Dalam pramuka kedisiplinan dibiasakan mulai dari upacara pelaksanaan pembukaan dan penutupan latihan. Ketepatan waktu mulai kegiatan, pun sudah terbiasa dan bukan menjadi hal yang menjadi beban. Peran pramuka dalam menanamkan kerja keras, keteguhan dan kegigihan siswa dalam belajar di MIS Al-Istiqomah ini sangat baik, siswa memiliki keinginan untuk mendapat hasil yang baik dan tak henti berusaha keras untuk memperbaikinya. Sehingga �siswa yang� mempunyai sikap kerja keras akan terlihat lebih unggul dan biasanya terbentuk kecerdasan baik sosial, spiritual, emosional ataupun intelektual. Hampir sebagian besar siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka itu memiliki kreatifitas yang baik. Baik itu saat memberikan inisiatif dalam pembelajaran, permainan dan sebagainya. Kegiatan pramuka diluar ruangan dapat merangsang dan meningkatkan kreatifitas siswa. Adapun Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pramuka adalah Faktor yang mendukung kegiatan pramuka dalam penanaman nilai cinta tanah air yakni dari pihak lembaga, yayasan, pembina, metode pembelajaran dan penerapan, alat peraga, lingkungan, siswa itu sendiri, dan juga orang tua. Sedangkan ada beberapa faktor yang menghambat penanaman nilai cinta tanah air antara lain kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kegiatan pramuka dalam penanaman nilai cinta tanah air, cuaca hujan, siswa yang jarang mengikuti kegiatan latihan pramuka atau siswa yang mengikuti kegiatan, akan tetapi kurang fokus dalam menerima materi yang disampaikan, serta waktu tidak efektif pembelajaran, sehingga menghambat pada program kerja dan jadwal mingguan siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

ifadah, Zulfa Luyyina. (2019). Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kemandirian dan Kedisiplinan Siswa MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar. Google Schoolar

Ikhsan, M. Alifudin. (2017). Nilai-Nilai cinta tanah air dalam perspektif Al-Qur�an. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(2), 108�114. Google Schoolar

Indonesia, Presiden Republik. (2003a). Undang-Undang Republik Indonesia. CyberConsult. Google Schoolar

Indonesia, Presiden Republik. (2003b). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Google Schoolar

Indrawan, Raden Mas Jerry, & Efriza, Efriza. (2018). Membangun Komponen Cadangan berbasis Kemampuan Bela Negara sebagai Kekuatan Pertahanan Indonesia Menghadapi Ancaman Nir-Militer. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 8(2), 21�40. Google Schoolar

Novia Maharani, Laily. (2020). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Sikap Nasionalisme Siswa Di MTs Negeri 3 Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Google Schoolar

Nurgiansah, T. Heru. (2021). Pendidikan Pancasila. CV. Mitra Cendekia Media. Google Schoolar

Permana, Adi Yuda. (2020). Evaluation Of School Extracurricular Programs To Improve Leadership And Study Motivation At Sdn Jatisampurna IX Bekasi In 2019. JKP| Jurnal Kepemimpinan Pendidikan, 3(1), 381�389. Google Schoolar

Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Google Schoolar

Rozi, Fathor, & Hasanah, Uswatun. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter; Penguatan Berbasis Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Pesantren. Manazhim, 3(1), 110�126.

Rusdini, Siti Ekowati. (2012). Pendidikan Nasionalisme Sebagai Karakter Bangsa dalam Pendidikan Kepramukaan di SD Negeri Lamper Kidul 02 Semarang. Universitas Negeri Semarang. Google Schoolar

Sari, Yulia Puspita. (2019). Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Bela Negara Peserta Didik (Studi Kasus Pada Ekstrakurikuler Pramuka di SMPN 1 Tirtamulya Kab. Karawang). FKIP UNPAS. Google Schoolar

Shalihah, Mar�atun. (2010). Mengelola PAUD Mendidik Budi Pekerti, Anak Usia Dini bagi Program PAUD, TK Play Group, dan di Rumah. Bantul: Kreasi Wacana Offset. Google Schoolar

Sundariyah, Suntari. (n.d.). Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan dalam Menanamkan Nilai Kedisiplinan Siswa. Google Schoolar

Toyokawa, Teru, & Toyokawa, Noriko. (2002). Extracurricular activities and the adjustment of Asian international students: A study of Japanese students. International Journal of Intercultural Relations, 26(4), 363�379. Google Schoolar